Tanah Toraja,
merupakan obyek wisata yang terkenal dengan kekayaan budayanya.
Kabupaten yang terletak sekitar 350 km sebelah Utara Makassar ini sangat
terkenal dengan bentuk bangunan rumah adatnya. Rumah adat ini bernama TONGKONAN.
Atapnya terbuat dari bambu yang dibelah dan disusun bertumpuk, namun
saat ini banyak juga yang menggunakan seng. Tongkonan ini juga memiliki
strata sesuai derajat kebangsawanan masyarakat seperti strata emas,
perunggu, besi dan kuningan.
Saking begitu melekatnya image Tanah Toraja dengan
bangunan rumah adatnya ini, sebagai bentuk promosi pariwisata dan untuk
menggaet turis Jepang ke daerah ini, maka rumah adat pun dibangun di
negeri “matahari terbit” itu. Bangunannya dikerjakan oleh orang Toraja
sendiri dan diboyong pengusaha pariwisata ke negari sakura. Sekarang di
Jepang, sudah ada dua Tongkonan yang sangat mirip dengan Tongkonan yang
asli. Kehadiran Tongkonan selalu membuat kagum masyarakat negeri
tersebut karena bentuknya yang unik. Perbedaannya dengan yang ada di
Tanah Toraja hanya terletak di atapnya yang menggunakan bambu.
Masih
banyak lagi daya tarik dari Tanah Toraja selain upacara adat rambu solo
(pemakaman) yang sudah kesohor selama ini. Sebutlah kuburan bayi di
atas pohon tarra di Kampung Kambira, Kecamatan Sangalla, sekitar 20
kilometer dari Rantepao, yang disiapkan bagi jenazah bayi berusia 0 - 7
tahun.
Meski mengubur bayi di atas pohon
tarra itu sudah tidak dilaksanakan lagi sejak puluhan tahun terakhir,
tetapi pohon tempat “mengubur” mayat bayi itu masih tetap tegak dan
banyak dikunjungi wisatawan. Di atas pohon tarra yang buahnya mirip buah
sukun yang biasa dijadikan sayur oleh penduduk setempat itu dengan
lingkaran batang pohon sekitar 3,5 meter, tersimpan puluhan jenazah
bayi.
Sebelum jenazah dimasukkan ke batang
pohon, terlebih dahulu pohon itu dilubangi kemudian mayat bayi
diletakkan ke dalam kemudian ditutupi dengan serat pohon kelapa berwarna
hitam. Setelah puluhan tahun, jenazah bayi itu akan menyatu dengan
pohon tersebut. Ini suatu daya tarik bagi para pelancong dan untuk
masyarakat Tanah Toraja tetap menganggap tempat tersebut suci seperti
anak yang baru lahir.
Penempatan jenazah bayi di pohon ini juga
disesuaikan dengan strata sosial masyarakat. Makin tinggi derajat sosial
keluarga itu maka makin tinggi pula tempat bayi yang dikuburkan di
batang pohon Tarra tersebut. Bahkan, bayi yang meninggal dunia
diletakkan sesuai arah tempat tinggal keluarga yang berduka. Kalau
rumahnya ada di bagian barat pohon, maka jenazah anak akan diletakkan di
sebelah barat.
Kuburan Batu, salah satu bentuk kuburan Orang Toraja
Untuk menuju Tanah Toraja yang
mengagumkan ini terdapat jalur penerbangan domestik Makassar - Tanah
Toraja yang saat ini hanya sekali seminggu dan memakai pesawat kecil
berpenumpang delapan orang, yang memakan waktu 45 menit dari Bandara
Hasanuddin Makassar. Jika lewat darat, perjalanan yang cukup melelahkan
ini membutuhkan waktu selama tujuh hingga sepuluh jam.
Event
menarik di kawasan wisata ini yaitu adanya upacara pemakaman jenazah
(rambu solo) dan rambu tuka (pesta syukuran) yang merupakan kalender
tetap tiap tahun. Selain event tersebut, para pengunjung bisa melihat
dari dekat obyek wisata budaya menarik lainnya seperti penyimpanan
jenazah di penampungan mayat berbentuk “kontainer” ukuran raksasa dengan
lebar 3 meter dan tinggi 10 meter serta tongkonan yang sudah berusia
600 tahun di Londa, Rantepao.
Pesta Rambu Solo’ atau pesta/ritual acara penguburan
Ini adalah sebagian kecil dari sekian banyak pesona wisata yang ditawarkan oleh tana toraja sebagai daerah tujuan wisata andalan sulawesi selatan. Bagaimana? Tertarik melihat keunikan wisata budaya ini?
0 komentar:
Posting Komentar